"Copot saja Andi MaLlarangeng karena mengobok-obok organisasi olahraga kita," kata Nurdin kepada Kompas di Jakarta, Selasa (29/3/2011).
"Pemimpin yang cakap seharusnya memanggil pimpinan lembaga persepakbolaan yang legal, yaitu PSSI, barulah mengambil keputusan terhadap PSSI," kata Nurdin.
Ia pun mengibaratkan permintaan pengunduran dirinya sebagai kartu merah. Menpora dinilai sudah memberikan kartu merah tanpa didasarkan konstitusi yang benar dan etika. Dalam pertandingan, wasit Indonesia saja bisa dikenai kartu merah. Yang berhak memberikan kartu merah adalah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Ancaman pencabutan anggaran PSSI pun ditepis Nurdin. Pemerintah selama ini dinilai tidak pernah memberikan dana kepada PSSI. Pemerintah baru memberikan bantuan pada penyelenggaraan Piala AFF. Dana pemerintah yang selama ini diberikan adalah untuk tim nasional.
Besarnya tekanan massa untuk mengundurkan diri tidak membuat Nurdin gentar. Dalam wawancara dengan sebuah stasiun televisi swasta, Nurdin mengatakan, desakan untuk mundur tidak hanya diungkapkan dalam kata-kata kasar, tetapi juga sudah bernuansa jorok. Atas desakan itu, dirinya pertama-tama menjelaskan kepada seluruh keluarga besarnya bahwa desakan itu diprovokasi oleh orang-orang di luar PSSI yang mempunyai kepentingan tertentu.
Nurdin pun mengatakan, kebencian terhadap dirinya bukan hanya disampaikan dalam kata-kata. Baru-baru ini wajahnya disamakan dengan diktator Presiden Libya M Khadafy. Atas beredarnya foto yang tersebar melalui internet, Nurdin tidak mempedulikan. "Presiden saja juga bisa dicemooh semacam ini," kata Nurdin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar