Jepang melakukan pemprosesan kembali, vitrifikasi dan bekerja sama dengan beberapa mitra di Eropa. Salah satunya mengangkut bahan bakar MOX dan limbah vitrifikasi ke Eropa. MOX (Mixed oxide) merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran oksida uranium dan plutonium.
Bahan bakar tersebut memiliki konsentrasi 235 uranium dan 4 sampai 9% plutonium.
Bedasarkan situs resmi Japan Nuclear, bahan bakar bekas proses nuklir inilah yang didapat setelah penyinaran uranium dalam reaktor nuklir. Di Jepang, bahan bakar itu dianggap sebagai aset berharga karena berisi plutonium dan uranium yang tidak terpakai dan diolah kembali menjadi MOX. MOX sudah dimanfaatkan beberapa negara diantaranya Perancis, Jerman, Amerika Serikat, Belgia, Italia, India, Belanda dan Swedia.
Selanjutnya adalah limbah radiaktif. Materi sisa ini tidak sama dengan bahan bakar nuklir bekas pakai. Materi ini tidak berguna dan mengandung unsur radioaktif.
Limbah radioaktif umumnya diklasifikasikan atas dasar jumlah radiasi dan jenis radiasi yang memancar. Umumnya, limbah radioaktif dibagi menjadi dua yaitu Limbah Tingkat Tinggi (High-Level Waste / HLW) dan Limbah Tingkat Rendah (Low-Level Waste/ LLW).
Sederhananya, pembuangan materi HLW adalah mengubur limbah itu ke bawah tanah yang sangat dalam. Dengan pembuangan bawah tanah, limbah vitrifikasi (dibentuk menjadi sejenis gelas) telah didinginkan setidaknya 30-50 tahun dalam fasilitas penyimpanan bawah tanah. Materi itu juga terbungkus dengan lapisan buffer dengan materi penyerap. Inilah cara penguburan yang meminimalisir risiko kebocoran ke tanah sektiar.
Lalu, bagi LLW yang diolah di Rokkasho, Prefektur Aomori dikirim ke beberapa tempat pembuangan yang akhirnya juga ditanam di dalam tanah di seluruh negeri. Drum logam itu ditempatkan di fasilitas pembuangan yang ditutup dengan materi berbahan dasar beton agar drum tetap solid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar