Kamis, 18 Desember 2008


Jumat, 19 Desember 2008 | 07:24 WIB

Laporan wartawan Kompas Jean Rizal Layuck

MANADO, JUMAT — Para peneliti kelautan internasional mencemaskan sejumlah bahaya yang berisiko bagi kegiatan penyelaman di beberapa kawasan laut dunia. Bahaya penyelaman yang dimaksud adalah adanya spesies ikan dan karang beracun di beberapa obyek penyelaman yang kurang dikenal penyelam.

Di samping itu, para peneliti juga sangat khawatir atas kegiatan pencemaran di sejumlah laut di belahan dunia yang merusak ekosistem dan biota laut pada masa depan.

Dua topik itu disorot para pakar kelautan internasional yang mengirimkan abstrak, pengalaman, dan pandangan ilmiah mereka kepada panitia Konferensi Kelautan Dunia (World Ocean Conference/WOC) Sulawesi Utara melalui situs jaringan. Kegiatan WOC akan diikuti 121 negara yang akan mendeklarasikan Manado Ocean Policy yang mencakup seluruh masalah kelautan.

Dr Desy Mantiri, anggota panitia simposium WOC Sulawesi Utara, kepada wartawan di Manado, Kamis (18/12), mengatakan, pihaknya telah menerima sekitar 600 abstrak dari pakar kelautan dari berbagai negara dunia, antara lain Belgia, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat. Jumlah abstrak yang masuk itu sebagian mengenai kesehatan laut, biomedika, dan polusi kelautan.

Desy mengatakan, dalam pembahasan kesehatan laut (marine health) pada WOC yang berlangsung 11-15 Mei 2009 di Manado, para pakar memperkenalkan adanya sejumlah spesies ikan dan karang beracun yang mesti dihindari dan perlu diantisipasi. Sejauh ini masalah ikan dan karang beracun belum memunculkan risiko bagi penyelam dunia.

”Kasus ini belum ditemukan di Indonesia, tetapi para pakar telah mensinyalir di beberapa tempat obyek penyelaman di belahan dunia telah muncul,” katanya.

Akan tetapi, Desy enggan merinci abstrak mengenai bahaya penyelaman karena menyangkut izin publikasi dari sebuah karya ilmiah peneliti. (zal)

Rabu, 17 Desember 2008

the ultimed team

naruto jadi anggota akatsuki

gambar naruto


abu, 17 Desember 2008 | 07:35 WIB

NAIROBI, RABU — Kelompok pembajak yang ditengarai berasal dari Somalia membajak sebuah kapal penarik Indonesia beserta awaknya yang disewa perusahaan minyak Total dari Perancis dan sebuah kapal kargo Turki di Pantai Yaman, Selasa (16/12).

Koordinator Bantuan Program Seafarers dari Kenya Andrew Mwangura mengatakan, kapal penarik sedang menuju Malaysia saat dibajak.

Kapal kargo dengan panjang 100 meter milik perusahaan perkapalan yang berpusat di Istanbul juga telah dibajak. Belum ada informasi lebih lanjut dari kejadian ini.

Salah satu juru bicara dari perusahaan minyak Total di Paris, Perancis, membenarkan bahwa telah terjadi pembajakan kapal milik salah satu subkontraktor yang bekerja sama dengan perusahaan mereka. Sebagian besar tawanan adalah orang Indonesia, tetapi kapal penarik bukan milik perusahaan minyak tersebut.

Jumlah tebusan yang diminta dari aksi pembajakan yang dilakukan oleh bajak laut Somalia tahun ini mencapai jutaan dollar AS. Aksi tersebut juga meningkatkan biaya asuransi kapal dan membuat negara lain harus mengirimkan angkatan lautnya menuju jalur pelayaran di negara Afrika tersebut.

Pemerintah AS telah mengeluarkan konsep resolusi yang ditujukan pada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa guna memberikan hak untuk negara-negara lain mengejar pembajak, baik di darat maupun di laut.


BANGKOK, SELASA - Lebih dari 1000 spesies baru hewan dan tumbuh-tumbuhan ditemukan di daerah aliran Sungai Mekong Besar yang melintasi Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, Vietnam, dan China. Kehidupan liar yang sangat beragam dan belum tersentuh sebelumnya itu terungkap dalam ekspedisi selama satu dekade, dari 1997-2007, yang disponsori World Wildlife Foundation (WWF).

Di antaranya terdapat laba-laba huntsman terbesar di dunia. Spesies Heteropoda dagmarae itu berukuran sebesar piring dengan bentang kaki 30 centimeter. Laba-laba tersebut dikenal agresif, berburu di malam hari, dan menyergap mangsanya dari ranting, dahan, dan batang bambu yang tingginya tak lebih dari 4 meter dari permukaan tanah. Gigitannya bisa menyebabkan sakit yang lama, peradangan, hingga sakit kepala dan demam.

Juga terdapat katak pohon berdarah hijau spesies Chiromantis samkosensis di Kamboja. Tulangnya juga berwarna kebiruan sehingga tampak cantik dibungkus tubuhnya yang didominasi warna hijau.

Hewan yang tak kalah eksotis adalah kaki seribu (luwing) naga dengan tubuh berwarna pink dan dapat menghasilkan racun cyanida mematikan. Spesies bernama Desmoxytes purpurosea yang ditemukan di Thailand tahun 2007 itu mungkin menggunakan warna yang menyala untuk menakut-nakuti musuhnya.

"Saya kira temuan-temuan sebanyak ini akan mengubah buku sejarah," ujar Stuart Chapman, direktur Program Mekong WWF dalam pernyataannya yang dirilis Senin (15/12). Total setidaknya tedapat 1068 spesies baru, masing-masing 519 jenis tumbuh-tumbuhan, 279 ikan, 88 katak, 46 kadal, 22 ular, 15 mamalia, 4 burung, 2 salamander, dan seekor kodok.

Tidak semua spesies-spesies unik tersebut ditemukan dalam lebatnya hutan. Misalnya tikus batu Laos (Laonastes aenigmamus), yang sebelumnya diduga telah punah 11 juta tahun lalu, ditemukan di dekat pasar lokal tahun 2005. Satu spesies ular berbisa jenis viper Trimeresurus gumprechti juga ditemukan dekat restoran di Taman Nasional Khao Yai Thailand tahun 2001.

Spesies-spesies tersebut masih hidup bebas di kawasan hutan tropis dan daerah basah sepanjang aliran Sungai Mekong Besar. Namun, dalam laporan temuan dengan tajuk "First Contact in the Great Mekong" keberadaan komunitas yang sangat beragam tersebut terancam konversi lahan. WWF menekankan pentingnya kerja sama lintas batas antarnegara-negara yang dilalui sungai tersebut untuk memastikan kelestarian dan keberlangsungan kehidupan liar di sana.