Laporan wartawan Kompas Jean Rizal Layuck
MANADO, JUMAT — Para peneliti kelautan internasional mencemaskan sejumlah bahaya yang berisiko bagi kegiatan penyelaman di beberapa kawasan laut dunia. Bahaya penyelaman yang dimaksud adalah adanya spesies ikan dan karang beracun di beberapa obyek penyelaman yang kurang dikenal penyelam.
Di samping itu, para peneliti juga sangat khawatir atas kegiatan pencemaran di sejumlah laut di belahan dunia yang merusak ekosistem dan biota laut pada masa depan.
Dua topik itu disorot para pakar kelautan internasional yang mengirimkan abstrak, pengalaman, dan pandangan ilmiah mereka kepada panitia Konferensi Kelautan Dunia (World Ocean Conference/WOC) Sulawesi Utara melalui situs jaringan. Kegiatan WOC akan diikuti 121 negara yang akan mendeklarasikan Manado Ocean Policy yang mencakup seluruh masalah kelautan.
Dr Desy Mantiri, anggota panitia simposium WOC Sulawesi Utara, kepada wartawan di Manado, Kamis (18/12), mengatakan, pihaknya telah menerima sekitar 600 abstrak dari pakar kelautan dari berbagai negara dunia, antara lain Belgia, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat. Jumlah abstrak yang masuk itu sebagian mengenai kesehatan laut, biomedika, dan polusi kelautan.
Desy mengatakan, dalam pembahasan kesehatan laut (marine health) pada WOC yang berlangsung 11-15 Mei 2009 di Manado, para pakar memperkenalkan adanya sejumlah spesies ikan dan karang beracun yang mesti dihindari dan perlu diantisipasi. Sejauh ini masalah ikan dan karang beracun belum memunculkan risiko bagi penyelam dunia.
”Kasus ini belum ditemukan di Indonesia, tetapi para pakar telah mensinyalir di beberapa tempat obyek penyelaman di belahan dunia telah muncul,” katanya.
Akan tetapi, Desy enggan merinci abstrak mengenai bahaya penyelaman karena menyangkut izin publikasi dari sebuah karya ilmiah peneliti. (zal)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar