Minggu, 03 Mei 2009

Eh, Air Tambang Pun Bisa Langsung Diminum


JAKARTA, KOMPAS.com — Air limbah tambang ternyata bisa diolah menjadi air bersih yang bisa langsung diminum manusia. Sebagai bagian dari corporate social responsibility (CSR), PT Adaro Indonesia sudah mengolah air bekas limbah batu bara dengan mengembangkan sistem pengelolaan air limbah yang diberi nama water treatment plant (WTP) T-300 pada pertengahan tahun 2008. T-300 adalah nama sebuah blok pada bagian barat tambang Tutupan.

“Karena berlokasi di bagian ujung barat tambang Tutupan, biasa juga disebut blok T-300, maka alat pengolah air limbah ini kami namakan WTP T-300,” sebut Waste Water Supervisor PT Adaro Indonesia Ahmad Helmi.

Sampai saat ini, menurut Helmi, WTP T-300 mampu memproduksi maksimal air bersih siap minum sebesar 20 liter per detik atau 72 m3 per jam dengan 2 tangki penampungan hasil olahan berkapasitas 450 m3 dan 72 m3.

Adapun proses pengolahan air di WTP ini melalui beberapa tahap. Pertama adalah pH adjustment atau biasa disebut netralisasi. Selanjutnya proses coagulasi dan flocculasi yang berfungsi sebagai penjernihan atau mengendapkan partikel-partikel terlarut yang ada dalam air. Terakhir adalah corrinasi berfungsi desinfektan untuk membunuh bakteri, seperti E-coli dan coliform.

"Proses ini diperlukan guna memenuhi standar baku mutu sebagaimana Peraturan Menkes RI No 416/MENKES/PER/IX/1990 dan Kep Menkes RI No 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang standar air minum dan air bersih," tambah dia.

Ditegaskan Helmi, air yang tadinya telah sesuai standar baku mutu, ditingkatkan kualitasnya menjadi air bersih yang dapat langsung diminum. "Air juga telah melalui berbagai tahapan penelitian agar aman untuk dikonsumsi. Air yang diproduksi dari WTP ini sudah dikonsumsi oleh karyawan Adaro dan mitra kerjanya," ungkapnya.

Selain sudah dikonsumsi kalangan internal Adaro, air pengolahan tersebut juga sudah dinikmati oleh masyarakat sekitar tambang dengan pendistribusian melalui tangki-tangki air.

Perusahaan pertambangan batubara yang beroperasional di Tanah Sanggam dan Saraba Kawa, Kalimantan Selatan, ini dalam waktu dekat akan melakukan pipanisasi ke Desa Dahai dan Padang Panjang. “Dalam waktu dekat, air bersih tersebut juga akan dialirkan ke rumah-rumah penduduk di sekitarnya. Saat ini akan dilaksanakan tender untuk mencari mitra kerja yang akan mengerjakan proyek pipanisasi itu,” imbuh Section Head Comdev PT Adaro Indonesia Abdurrahman.

Menurut Abdurrahman, pihak konsultan perencana telah menyelesaikan 90 persen teknis perencanaan pipanisasi. Direncanakan, tahun ini masyarakat Desa Padang Panjang dan Dahai bisa menikmati saluran air dimaksud, hingga masuk langsung ke dalam rumah mereka. “Diharapkan proyek pipanisasi yang panjangnya kurang lebih 10 km ini akan selesai tahun 2009,” ungkap Abdurrahman.

Atas terobosan melahirkan WTP T-300 ini, PT Adaro Indonesia mendapatkan penghargaan dalam Indonesian CSR Awards 2008, yaitu terbaik kedua bidang lingkungan untuk program produk air bersih dengan memanfaatkan air limbah tambang

Indonesia Luncurkan Radar Buatan dalam Negeri


BANDUNG, KOMPAS.com - Radar produksi anak negeri diluncurkan di Bandung, Kamis bersamaan digelarnya sebuah seminar bertajuk Radar Nasional 2009. Peluncuran dilakukan bersama Pusat Penelitian Eletronika dan Komunikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPET LIPI) bekerjasama dengan Sekolah Teknik Elektro dan Inforatika Institut Teknologi Bandung (STEI ITB) dan International Research Centre for Telecommunication and Radar Belanda.

Radar tersebut diberi nama INDRA (Indonesian Radar). INDRA sendiri adalah Radar pertama kali yang diproduksi oleh Indonesia. Sampai saat ini INDRA masih dalam pengembangan lebih lanjut agar bisa menyaingi radar-radar buatan luar negeri.

Radar buatan Indonesia ini mempunya keunikan dari beberapa radar yang sudah ada. Dengan menggunakan teknologi Frequency Modulated Continuous Wave (FM-CW), konsumsi daya dan ukuran radar menjadi lebih kecil dari ukuran radar pada umumnya tanpa mengurangi keunggulan yang mengikuti perkembangan jaman.

Selain acara seminar yang diadakan oleh PPET LIPI ini, juga sebuah acara peluncuran produk radar buatan Indonesia. Dalam peluncuran radar buatan Indonesia terdapat dua buah produk Radar hasil litbang oleh anak bangsa yaitu Radar Pengawas Pantai dan Radar Navigasi Kapal.

Dalam seminar dan peluncuran radar buatan Indonesia yang pertama kali ini dihadiri staf ahli Menristek bidang hankam dan perwakilan TNI AU yabg diwakili oleh Marsekal Pertama TNI Wasito. Selain itu, turut hadir pula pembicara dari Belanda yaitu Prof Dr Ir Leo P Ligthart, seorang ahli Radar dari IRCTR-TU Delft.

Gelembung Langit Misterius Berusia 12,9 Miliar Tahun


KOMPAS.com — Sebuah obyek misterius terekam nun jauh di luar angkasa. Para astronom menyebutnya sebagai gelembung primordial yang diberi nama Himiko, diambil dari nama ratu Kerajaan Jepang kuno yang juga sama misteriusnya.

Disebut demikian karena obyek raksasa tersebut terbentuk tak lama setelah alam semesta terbentuk yang diawali dengan Ledakan Besar (Big Bang). Ukurannya sangat besar, berupa gas yang massanya 40 miliar kali massa matahari dan berdiameter setengah kali Galaksi Bima Sakti.

Usianya pun sangat tua sekitar 12,9 miliar tahun cahaya (tahun cahaya setara dengan 9,5 triliun kilometer). Struktur Himiko yang belum terungkap bisa memberi gambaran awal pembentukan galaksi saat alam semesta masih sangat muda dan baru berusia sekitar 800 juta tahun.

"Saya belum pernah mendengar obyek sejenis lainnya yang terbentuk pada jarak sejauh ini," ujar Masami Ouchi, peneliti dari Carnegie Institution, California, AS. Obyek tersebut mungkin mirip gelembung Lyman-Alpha yang terbentuk antara 2-3 miliar tahun.

Himiko terbentuk di akhir epos reionisasi yang berlangsung antara 200 juta dan satu miliar tahun sejak Big Bang. Saat itu, alam semesta baru saja lahir dan baru membentuk bintang-bintang dan galaksi.

Bentuknya yang seperti gelembung mungkin berupa gas terionisasi yang mengelilingi lubang hitam raksasa supermasif atau kumpulan gas dingin. Namun, bisa jadi Himiko merupakan hasil tabrakan dua galaksi muda yang menyatu, galaksi tunggal raksasa, atau lokasi pembentukan bintang yang sangat aktif.

Himiko pertama kali terekam menggunakan teleskop Subaru di Hawaii tahun 2007. Ouchi dan timnya kemudian melakukan pengamatan lebih seksama menggunakan instrumen spektrografi Keck/DEIMOS dan Magellan/IMACS. Dari pengamatan tersebut, terdeteksi kandungan hidrogen terionisasi, jarak, dan umur obyek misterius tersebut.

"Kami berencana melakukan pengamatan inframerah dengan teleskop ruang angkasa Hubble untuk memastikan, apakah ada ciri-ciri penggabungan obyek-obyek atau tidak," ujar Ouchi. Namun, hal tersebut baru dapat dilakukan seusai Hubble diperbaiki dalam misi penerbangan pesawat ulang alik Atlantis yang dijadwalkan bulan depan.