Jumat, 24 Juli 2009

Marak Pemalsuan, DKI Rancang KTP "Microchip"


JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah merancang sebuah bentuk kartu tanda penduduk (KTP) yang dilengkapi dengan microchip agar sukar dipalsukan. Hal ini merupakan tindak lanjut dari ditemukannya lebih dari 80.000 KTP palsu di Jakarta, sepanjang tahun 2008 lalu.

"Jadi dengan microchip tersebut, data pemilik akan tersimpan dalam database sehingga sangat kecil kemungkinan bisa dipalsukan atau digandakan," kata Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) DKI Jakarta Muhayat, kemarin.

Penerbitan KTP dengan microchip tersebut sepertinya tinggal menunggu waktu, sebab saat ini Pemprov DKI dan Departemen Dalam negeri (Depdagri) telah melakukan perundingan. “Rancangan ini tinggal menunggu persetujuan dari Depdagri. Mudah-mudahan bisa segera diterapkan di daerah-daerah," harapnya.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan, Pemprov DKI tidak hanya akan melakukan sweeping KTP, tetapi juga akan membuat desain KTP yang tidak dapat dimanfaatkan oknum yang tidak bertanggung jawab.

Ramai-ramai Rebutan Komodo


Seekor komodo (Varanus komodoensis) beristirahat di sebuah batu karang di sekitar Kampung Komodo, Pulau Komodo, Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Kamis (2/7).

KUPANG, KOMPAS.com - Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Nusa Tenggara Timur (NTT), Ans Takalapeta mengharapkan agar pemurnian genetika komodo (varanus commodoensis), sebaiknya dilakukan di habibat binatang purba itu di Pulau Komodo.

"Rekomendasi dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) agar proses pemurnian genetika biawak raksasa komodo itu harus dilakukan di Taman Safari Denpasar, Bali, adalah sesuatu yang tidak masuk akal," katanya, Jumat (24/7).

Persoalan mutasi 10 ekor komodo dari habitatnya di kawasan konservasi alam Wae Wuul di Kecamatan Komodo, Manggarai Barat di ujung barat Pulau Flores itu, menjadi perdebatan sengit menyusul adanya surat keputusan (SK) Menteri Kehutanan No.384/Menhut-II-2009.

Dalam SK Menteri Kehutanan MS Ka’ban tertanggal 13 Mei 2009 yang ditunjukkan kepada Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) NTT itu menginstruksikan agar segera memutasikan 10 ekor komodo dari Taman Nasional Komodo (TNK) ke Taman Safari Denpasar, Bali untuk proses pemurnian genetika guna mengembangbiakan satwa langka tersebut dari kepunahan.

SK Menteri Kehutanan itu merujuk pada hasil kajian Pusat Penelitian Biologi LIPI yang dipimpin Dr Siti Nuramiliati Prijono yang menilai, proses pemurnian genetika binatang langka yang masuk dalam tujuh keajaiban dunia itu hanya dapat dilakukan di Taman Safari Indonesia (TSI).

Berhubungan TSI punya cabang di Denpasar, Bali maka proses pemurnian genetika atas binatang purba itu harus dilakukan di Denpasar.

Ans Takalapeta yang juga mantan Bupati Alor dua periode itu menilai, proses mutasi 10 ekor biawak raksasa Komodo ke Denpasar dengan alasan permunian genetika itu, hanya sebuah taktik politik untuk menghancurkan pariwisata di NTT.

"Jika komodo itu sudah ada di Pulau Bali, untuk apa wisatawan manca negara harus pergi lagi ke Pulau Komodo untuk melihat dari dekat binatang purba itu? Ini sesuatu yang sangat tidak rasional jika proses pemurnian genetika tidak bisa dilakukan di habibatnya komodo," kata Takalapeta.

Ia menegaskan, Komodo sudah menjadi iconnya NTT sehingga tidak ada alasan untuk melakukan permunian genetika di luar habibat binatang purba itu.

Rekomendasi dari Menhut untuk menangkap dan mengevakuasi 10 ekor Komodo dari habitatnya di Wae Wuul Pulau Komodo itu, memang belum dilaksanakan, namun hal itu menimbulkan kekhawatiran dari pemerintah daerah.

Wakil Gubernur NTT, Esthon L Foenay juga menolak dengan tegas rencana Menhut memutasikan 10 ekor Komodo ke TSI di Denpasar, Bali dengan alasan pemurnian genetika berdasarkan hasil penelitian dari LIPI.

Komodo adalah salah satu satwa purba di dunia yang masih hidup di habitatnya di Pulau Komodo serta Pulau Rinca dalam kompleks TN Komodo di ujung barat Pulau Flores, Kabupaten Manggarai Barat.

Berdasarkan hasil riset KSDA TN Komodo, biawak raksasa Komodo itu kini tinggal 17 ekor yang dilukiskan sudah mengarah pada titik kepunahan.

Atas dasar itu, Menteri Kehutanan MS Ka’ban merekomendasikan kepada BBKSDA NTT untuk memindahkan 10 ekor binatang purba itu dari kawasan konservasi sumber daya alam (KSDA) Wae Wuul, Pulau Komodo ke TSI di Denpasar, Bali untuk proses pemurnian genetika atau pengembangbiakan satwa langka tersebut.

Kadis Pariwisata dan Kebudayaan NTT, Ans Takalapeta menolak dengan tegas keinginan tersebut, karena Taman Safari Indonesia di Denpasar, Bali bukan merupakan lokasi yang tepat untuk proses pemurnian genetika Komodo seperti yang direkomendasikan LIPI.

"Proses pemurnian genetika harus dilakukan dihabitatnya, bukan di kebun binatang," kata Takalapeta yang melukiskan situasi tersebut sebagai salah satu taktik politik untuk menghancurkan bisnis pariwisata di NTT, khususnya di Manggarai Barat serta menodai NTT yang telah menjadikan Komodo sebagai icon provinsi kepulauan ini.

AS Tawarkan Data Base Teroris ke Indonesia


Aparat dari Kesatuan Polisi Pengamanan Pelabuhan (KPPP), Jumat (29/2), bersiaga dan memperhatikan setiap wisatawan yang keluar masuk melalui Pelabuhan Ferry Internasional Batam Centre, sambil membagikan poster buronan teroris Mas Slamet Kastari. Penjagaan pelabuhan diperketat menyusul kaburnya Mas Slamet Kastari teroris Pimpinan Jamaah Islamiyah dari penjara di Singapura.

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah Amerika Serikat menawarkan bantuan kepada pihak Kepolisian Republik Indonesia untuk menemukan pelaku peledakan Bom Kuningan.

"Mereka menawarkan bantuan pengujian data base teroris yang mereka punya," terang Juru Bicara Deplu Teuku Faizasyah dalam press briefing di Gedung Deplu, Jakarta, Jumat (24/7).

Faiz menuturkan, Amerika Serikat mempunyai data base orang-orang yang dicurigai sebagi pelaku terorisme. "Kalau kita mau memanfaatkan itu silakan, data tersebut nantinya akan dicocokkan," terangnya.

Surat tawaran bantuan itu, lanjut Faiz, secara resmi telah dilayangkan melalui Deplu dan telah diteruskan kepada Kepolisian. "Kewenangan Polri untuk mempertimbangkan bantuan itu," katanya,"

Meski bantuan terus berdatangan, Faiz merasa optimistis Kepolisian Republik Indonesia masih mampu mengusut pelaku peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton. "Deplu masih yakin dengan kapasitas polisi Indonesia," katanya.

Minggu, 19 Juli 2009

Kobaran Api Muncul dari Dalam Tanah

BANDUNG, KOMPAS.com — Sebuah tim dari Dinas Pertambangan dan Energi tengah meneliti munculnya api dari dalam tanah di Kompleks Perumahan Damar Mas, Desa Kamasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jabar.

"Kami sengaja menghubungi Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bandung untuk melakukan penelitian di lokasi yang hasilnya akan langsung kami umumkan kepada masyarkat," kata Camat Banjaran, H Imam Irianto, di loaksi kejadian, Jumat (19/6). Menurut Imam, dari hasil penelitian awal, api yang ditimbulkan dari semburan gas itu tidak membahayakan keselamatan dan kesehatan masyarakat.

Kepala Sub Dinas Pertambangan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bandung Ir Kawaludin yang ikut meneliti di lokasi kejadian menegaskan, udara yang keluar tersebut merupakan gas metan (CH4). Gas tersebut, lanjut Kawaludin, merupakan hasil fermentasi atau pelapukan sampah organik yang prosesnya tertimbun tanah lempung, yang berada di lokasi perumahan itu.

"Saat tanah lempung tertembus mata bor, maka gas hasil pelapukan tersebut langsung ke luar," kata Kawaludin. Sifat dan ciri-ciri gas metan tidak berbau dan mudah terbakar, dan hembusan gas metan yang ke luar di sana hanya akan berlangsung beberapa hari saja, paling lama seminggu, katanya. Radius sebaran tumpukan sampah organik berada di kedalaman delapan meter, dan dapat dibuktikan dengan cara mengebor di sekitar lokasi kejadian.

Ia memaparkan, kejadian serupa pernah terjadi pula sebelumnya di Kabupaten Bandung, yakni di Kecamatan Rancaekek dan di Kecamatan Pameungpeuk, dengan modus yang sama yakni bermula dari pengeboran tanah untuk sumur. Dikatakan, sampah organik yang tertimbun bisa saja akibat pengurugan atau sampah organik purba karena pada zaman dulu Bandung merupakan danau raksasa yang kemudian airnya menyusut hingga seperti sekarang.

Warga kompleks Perumahan Damar Mas dan sekitarnya, hingga menjelang siang, masih terus berdatangan, ingin melihat langsung peristiwa yang jarang mereka saksikan itu. Gas keluar dari titik pengeboran sekitar pukul 13.00 WIB, Kamis, sesaat setelah mata bor, dalam pengeboran untuk membuat sumur jet pump, berhasil menembus kedalaman 26 meter.

Pengeboran di lokasi tersebut, menurut para pekerja, terbilang mengalami hambatan karena waktunya relatif lama untuk pekerjaan seperti itu. Pengerjaan pengeboran terhambat oleh adanya batu yang cukup keras untuk ditembus oleh mata bor, tak heran bila dalam waktu tiga hari, sejak Selasa (16/6) lalu, air baru bisa keluar.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak dinginkan, polisi setempat memasang garis pengaman di sekitar lokasi.