BANDUNG, KOMPAS.com — Sebuah tim dari Dinas Pertambangan dan Energi tengah meneliti munculnya api dari dalam tanah di Kompleks Perumahan Damar Mas, Desa Kamasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jabar.
"Kami sengaja menghubungi Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bandung untuk melakukan penelitian di lokasi yang hasilnya akan langsung kami umumkan kepada masyarkat," kata Camat Banjaran, H Imam Irianto, di loaksi kejadian, Jumat (19/6). Menurut Imam, dari hasil penelitian awal, api yang ditimbulkan dari semburan gas itu tidak membahayakan keselamatan dan kesehatan masyarakat.
Kepala Sub Dinas Pertambangan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bandung Ir Kawaludin yang ikut meneliti di lokasi kejadian menegaskan, udara yang keluar tersebut merupakan gas metan (CH4). Gas tersebut, lanjut Kawaludin, merupakan hasil fermentasi atau pelapukan sampah organik yang prosesnya tertimbun tanah lempung, yang berada di lokasi perumahan itu.
"Saat tanah lempung tertembus mata bor, maka gas hasil pelapukan tersebut langsung ke luar," kata Kawaludin. Sifat dan ciri-ciri gas metan tidak berbau dan mudah terbakar, dan hembusan gas metan yang ke luar di sana hanya akan berlangsung beberapa hari saja, paling lama seminggu, katanya. Radius sebaran tumpukan sampah organik berada di kedalaman delapan meter, dan dapat dibuktikan dengan cara mengebor di sekitar lokasi kejadian.
Ia memaparkan, kejadian serupa pernah terjadi pula sebelumnya di Kabupaten Bandung, yakni di Kecamatan Rancaekek dan di Kecamatan Pameungpeuk, dengan modus yang sama yakni bermula dari pengeboran tanah untuk sumur. Dikatakan, sampah organik yang tertimbun bisa saja akibat pengurugan atau sampah organik purba karena pada zaman dulu Bandung merupakan danau raksasa yang kemudian airnya menyusut hingga seperti sekarang.
Warga kompleks Perumahan Damar Mas dan sekitarnya, hingga menjelang siang, masih terus berdatangan, ingin melihat langsung peristiwa yang jarang mereka saksikan itu. Gas keluar dari titik pengeboran sekitar pukul 13.00 WIB, Kamis, sesaat setelah mata bor, dalam pengeboran untuk membuat sumur jet pump, berhasil menembus kedalaman 26 meter.
Pengeboran di lokasi tersebut, menurut para pekerja, terbilang mengalami hambatan karena waktunya relatif lama untuk pekerjaan seperti itu. Pengerjaan pengeboran terhambat oleh adanya batu yang cukup keras untuk ditembus oleh mata bor, tak heran bila dalam waktu tiga hari, sejak Selasa (16/6) lalu, air baru bisa keluar.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak dinginkan, polisi setempat memasang garis pengaman di sekitar lokasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar