Kamis, 16 April 2009

RAHASIA ILMU RADAR GAIB

ILMU RADAR GAIB adalah salah satu cabang ilmu hikmah yang sangat diperlukanbagi orang yang ingin jadi tabib, ahli pengobatan medis atau non medis atau ingin jadi paranormal. Ilmu ini sangatlah penting sekali karena mempunyai kegunaan yang sangat banyak sekali adapun kegunaannya antara lain : untuk mendeteksi penyakit medis atau non medis, mendeteksi letak benda pusaka atau harta terpendam, mendeteksi keberadaan bangsa jin dll.
Ilmu ini juga banyak diburu oleh ahli2 ilmu hikmah karena manfaatnya banyak. ILMU RADAR GAIB dibagi beberapa tingkat yaitu :
1.TINGKAT DASAR.
Dalam taraf TINGKAT DASAR ini, dalam mendeteksi masih menggunakan tangan sebagai radar untuk mendeteksi suatu penyakit, benda pusaka/pusaka atau letak dimana jin berada. Dalam taraf TINGKAT DASAR ini orang yang sudah mampu menguasai ILMU RADAR GAIBTINGKAT DASAR sudah mampu untuk mendeteksi penyakit, benda pusaka/harta, atau bangsa jin dan ilmu yang sudah dikuasai bisa digunakan untuk kegiatan yang bermanfaat dimasyarakat walaupun belum terlalu sempurna
2.TINGKAT MENENGAH
Dalam taraf TINGKAT MENENGAH ini, dalam mendeteksi sesuatu, selain menggunakan tangan sudah bisa menggunakan indra yang lainya seperti menggunakan pendengaran atau penciuman, dalam taraf ILMU RADAR GAIB TINGKAT MENENGAH ini banyak sekali yang akan ditemui gejala2nya seperti : mampu mendengar suara dari alam gaib, mampu mencium aroma bangsa jin dan masih banyak kemampuan lainya.
3.TINGKAT ATAS
Dalam taraf TINGKAT ATAS ini, dalam mendeteksi sesutau, menggunakan seluruh anggota tubuhnya untuk mendeteksi sesutu yang ingin dideteksi, dalam ILMU RADAR TINGKAT ATAS ini orang yang sudah menguasainya dengan sempurna dapat mendeteksi sesutu lewat jarak jauh , baik didalam negeri ataupun diluar negeri. Dalam ILMU RADAR GAIB TINGKAT ATAS ini bila mendeteksi biasanya hanya dilihat melalui indra mata saja atau menggunakan indra hati atau menggunakan pancaran aura tubuhnya. Orang yang menguasai ilmu ini bisa mendeteksi orang yang punya ilmu atau tidak, bisa mendeteksi punya ilmu hitam atau ilmu putih, bisa mendeteksi peka atau tidaknya orang yang dideteksi, bisa mendeteksi niat seseorang, baik niat jahat atau niat baik serta mampu mendeteksi melalui foto, melalui nama lengkap, mendeteksi melalui webcam, melalui dia berbicara, melalui handphone, melalui membayangkan wajah orang yang ingin dideteksi dan masih banyak lagi kemampuan yang akan dimiliki.ILMU RADAR GAIB ini memang sangat multi fungsi dan banyak membantu orang yang menguasainya, melalui ILMU RADAR GAIB ini, ust.Riyan pernah menggunakan untuk menyembuhkan orang yang sedang kerasukan iblis diluar negeri tepatnya di ITALIA dan di SINGAPURA mereka adalah warga asli dari negara itu, karena dapat informasi dari warga INDONESIA yang bekerja dinegara itu, dalam menyembuhkan orang yang kerasukan iblis itu Ust. Riyan menggunakan webcam sebagai mediatornya, sekalipun orang yang diobati diluar negeri ILMU RADAR GAIB ini tetap berfungsi dengan sempurna. ILMU RADAR GAIB ini bisa dikuasai siapapun yang ingin belajar, yang penting belajar bersungguh sunguh
Demikianlah sekilas kegunaan ILMU RADAR GAIB yang banyak diburu paranoramal ini, bila anda belajar bersungguh sungguh, insya Allah anda akan mudah menguasai ILMU RADAR GAIB hanya dalam hitungan hari.

2100 Bumi Akan Panas Sekali


Kamis, 16 April 2009 | 13:56 WIB

COLORADO, KOMPAS.com — Ancaman pemanasan global masih dapat dihilangkan dalam jumlah sangat besar jika semua negara memangkas buangan gas rumah kaca, yang memerangkap panas, sampai 70 persen pada abad ini, demikian hasil satu analisis baru.

Meskipun temperatur global akan naik, sebagian aspek perubahan iklim yang paling berpotensi menimbulkan bahaya terhadap, termasuk kehilangan besar es laut Kutub Utara dan tanah beku serta kenaikan mencolok permukaan air laut, dapat dihindari.

Studi tersebut, yang dipimpin oleh beberapa ilmuwan dari National Center for Atmospheric Research (NCAR), direncanakan disiarkan pekan depan di dalam Geophysical Research Letters. Penelitian itu didanai oleh Department of Energy dan National Science Foundation, penaja NCAR.

"Penelitian ini menunjukkan kita tidak lagi dapat menghindari pemanasan mencolok selama abad ini," kata ilmuwan NCAR Warren Washington, pemimpin peneliti tersebut.

Temperatur rata-rata global telah bertambah hangat mendekati 1 derajat celsius (hampir 1,8 derajat fahrenheit) sejak era pra-industri. Kebanyakan pemanasan disebabkan oleh buangan gas rumah kaca yang dihasilkan manusia, terutama karbon dioksida.

Gas yang memerangkap panas itu telah naik dari tingkat era pra-industri sekitar 284 bagian per juta (ppm) di atmosfer jadi lebih dari 380 ppm hari ini.

Sementara penelitian tersebut memperlihatkan bahwa pemanasan tambahan sebesar 1 derajat celsius (1,8 derajat fahrenheit) mungkin menjadi permulaan bagi perubahan iklim yang berbahaya, Uni Eropa telah menyerukan pengurangan dramatis buangan gas karbon dioksida dan gas rumah kaca. Kongres AS juga sedang membahas masalah itu.

Guna mengkaji dampak pengurangan semacam itu terhadap iklim di dunia, Washington dan rekannya melakukan kajian superkomputer global dengan menggunakan Community Climate System Model, yang berpusat di NCAR.

Mereka berasumsi, tingkat karbon dioksida dapat dipertahankan pada angka 450 ppm pada penghujung abad ini. Jumlah tersebut berasal dari US Climate Change Science Program, yang telah menetapkan 450 ppm sebagai sasaran yang bisa dicapai jika dunia secara cepat menyesuaikan tindakan pelestarian dan teknologi hijau baru guna mengurangi buangan gas secara dramatis.

Sebaliknya, buangan gas sekarang berada di jalur menuju tingkat 750 ppm paling lambat pada 2100 jika tak dikendalikan.

Hasil tim tersebut memperlihatkan kalau karbon dioksida ditahan pada tingkat 450 ppm, temperatur global akan naik sebesar 0,6 derajat celsius (sekitar 1 derajat fahrenheit) di atas catatan saat ini sampai akhir abad ini.

Sebaliknya, studi itu memperlihatkan, temperatur akan naik hampir sebesar empat kali jumlah tersebut, jadi 2,2 derajat celsius (4 derajat fahrenheit) di atas catatan saat ini, kalau buangan gas dibiarkan terus berlanjut di jalurnya saat ini.

Menahan tingkat karbon dioksida pada angka 450 ppm akan memiliki dampak lain, demikian perkiraan studi contoh iklim itu.

Kenaikan permukaan air laut akibat peningkatan panas karena temperatur air menghangat akan menjadi 14 sentimeter (sekitar 5,5 inci) dan bukan 22 sentimeter (8,7 inci). Kenaikan mencolok permukaan air laut diperkirakan akan terjadi karena pencairan lapisan es dan gletser.

Volume es Kutub Utara pada musim panas menyusut sebanyak seperempat dan diperkirakan akan stabil paling lambat pada 2100. Suatu penelitian telah menyatakan, es musim panas akan hilang sama sekali pada abad ini jika buangan gas tetap pada tingkat saat ini.

Pemanasan Kutub Utara akan berkurang separuhnya sehingga membantu melestarikan populasi ikan dan burung laut serta hewan mamalia laut di wilayah seperti di bagian utara Laut Bering.

Perubahan salju regional secara mencolok, termasuk penurunan salju di US Southwest dan peningkatan di US Norhteast serta Kanada, akan berkurang sampai separuh kalau buangan gas dapat dipertahankan pada tingkat 450 ppm.

Sistem cuaca itu akan stabil sampai sekitar 2100, dan bukan terus menghangat. Tim penelitian tersebut menggunakan simulasi superkomputer guna membandingkan skenario peristiwa biasa melalui pengurangan dramatis buangan karbon dioksida yang dimulai dalam waktu sekitar satu dasawarsa.

Penulis kajian tersebut menegaskan, mereka tidak mengkaji bagaimana pengurangan seperti itu dapat dicapai atau menyarankan kebijakan tertentu.

"Tujuan kami ialah menyediakan bagi pembuat kebijakan penelitian yang sesuai sehingga mereka dapat membuat keputusan setelah mendapat keterangan," kata Washington.

"Studi ini menyediakan suatu harapan bahwa kita dapat menghindari dampak terburuk perubahan iklim, jika masyarakat dapat mengurangi buangan dalam jumlah besar selama beberapa dasawarsa mendatang dan melanjutkan pengurangan utama sepanjang abad ini."

Bukan Mimpi, Pembangkit Listrik di Orbit Bumi

Kamis, 16 April 2009 | 16:33 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com - Sebuah perusahaan energi di AS tengah mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Matahari (PLTM) yang akan ditempatkan di satelit yang mengorbit Bumi. Cara tersebut akan efektif karena pemanfaatan sinar Matahari bisa dilakukan 24 jam tak perlu tergantung cuaca dan perubahan siang malam.

Desain pembangkit listrik berbasis satelit tersebut saat ini tengah dirancang Solaren Corp. Satelit tersebut akan membawa rangkaian sel surya yang membentang hingga beberapa kilometer dan ditempatkan di ketinggian 40.000 kilometer.

Sel-sel surya akan mengumpulkan panas Matahari yang selanjutnya akan diubah menjadi gelombang radio. Gelombang radio tersebut lalu dipancarkan ke stasiun-stasiun penerima di permukaan Bumi. Di stasiun-stasiun tersebut, gelombang radio dikonversi lagi kali ini menjadi energi listrik yang akan dialirkan ke jaringan listrik.

Solaren telah mendapat kontrak dari Pacific Gas & Electric (PG&E), perusahaan listrik di California untuk memasok 200 megawatt dari pembangkit tersebut yang cukup untuk 250.000 pelanggan. Jika berjalan lancar, pembangkit tersebut mulai beroperasi tahun 2016.

Saat ini, tengah dipersiapkan pusat stasiun penerima di Fresno County, California. Wilayah tersebut cukup jauh dari pemukiman sehingga tak mengganggu kesehatan manusia. Selain itu, hal itu lebih ekonomis karena lokasinya dekat dengan jaringan listrik nasional dan tak sejauh lokasi PLTM yang umumnya dibangun pada daerah terpencil di gurun.

"Meski sistem dengan ukuran sebesar ini dan konfigurasi eksaknya belum pernah dibuat, teknologi pendukungnya sangat matang dan berbasis teknologi satelit komunikasi," ujar Gary Spirnak, CEO Solaren Corp. Ia mengatakan proyek tersebut bakal menghabiskan dana sekitar 2 miliar dollar AS.

Pengembangan pembangkit listrik tenaga matahari juga menjadi ambisi badan antariksa Jepang (JAXA). Namun, teknologi yang dikembangkan Jepang akan memancarkan gelombang mikro ke Bumi. Jika pengujian sukses, Jepang akan meluncurkan sejumlah satelit pendukung untuk memproduksi listrik yang cukup untuk 500.000 rumah tangga.

Bukan Mimpi, Pembangkit Listrik di Orbit Bumi

Kamis, 16 April 2009 | 16:33 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com - Sebuah perusahaan energi di AS tengah mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Matahari (PLTM) yang akan ditempatkan di satelit yang mengorbit Bumi. Cara tersebut akan efektif karena pemanfaatan sinar Matahari bisa dilakukan 24 jam tak perlu tergantung cuaca dan perubahan siang malam.

Desain pembangkit listrik berbasis satelit tersebut saat ini tengah dirancang Solaren Corp. Satelit tersebut akan membawa rangkaian sel surya yang membentang hingga beberapa kilometer dan ditempatkan di ketinggian 40.000 kilometer.

Sel-sel surya akan mengumpulkan panas Matahari yang selanjutnya akan diubah menjadi gelombang radio. Gelombang radio tersebut lalu dipancarkan ke stasiun-stasiun penerima di permukaan Bumi. Di stasiun-stasiun tersebut, gelombang radio dikonversi lagi kali ini menjadi energi listrik yang akan dialirkan ke jaringan listrik.

Solaren telah mendapat kontrak dari Pacific Gas & Electric (PG&E), perusahaan listrik di California untuk memasok 200 megawatt dari pembangkit tersebut yang cukup untuk 250.000 pelanggan. Jika berjalan lancar, pembangkit tersebut mulai beroperasi tahun 2016.

Saat ini, tengah dipersiapkan pusat stasiun penerima di Fresno County, California. Wilayah tersebut cukup jauh dari pemukiman sehingga tak mengganggu kesehatan manusia. Selain itu, hal itu lebih ekonomis karena lokasinya dekat dengan jaringan listrik nasional dan tak sejauh lokasi PLTM yang umumnya dibangun pada daerah terpencil di gurun.

"Meski sistem dengan ukuran sebesar ini dan konfigurasi eksaknya belum pernah dibuat, teknologi pendukungnya sangat matang dan berbasis teknologi satelit komunikasi," ujar Gary Spirnak, CEO Solaren Corp. Ia mengatakan proyek tersebut bakal menghabiskan dana sekitar 2 miliar dollar AS.

Pengembangan pembangkit listrik tenaga matahari juga menjadi ambisi badan antariksa Jepang (JAXA). Namun, teknologi yang dikembangkan Jepang akan memancarkan gelombang mikro ke Bumi. Jika pengujian sukses, Jepang akan meluncurkan sejumlah satelit pendukung untuk memproduksi listrik yang cukup untuk 500.000 rumah tangga.

Lunar Oasis untuk Bertani di Luar Angkasa


Rabu, 15 April 2009 | 23:03 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com - Meski tak ada oksigen di Bulan, tumbuh-tumbuhan sudah bisa ditanam di sana. Paragon Space Development Corporation telah mengembangkan rumah kaca portabel yang dapat dipakai untuk membudidayakan tanaman di ruang angkasa.

Bentuk rumah kaca yang lebih mirip lampu taman itu hanya setinggi 46 centimeter. Tabung kaca bening diperkuat dengan alas berbentuk segitiga dari bahan aluminium. Di dalamnya terdapat media tanam dan nutrisi yang cukup untuk menumbuhkan biji tanaman jenis Brassica, sejenis caisim atau kailan yang berbunga kuning.

Miniatur rumah kaca yang didesain untuk mendukung pertanian di luar angkasa itu disebut Lunar Oasis. Uji coba pertamanya ke permukaan Bulan direncanakan tahun 2012 menggunakan pesawat buatan Odyssey Moon Ltd. yang kini masih dikembangkan.

"Mendiami Bulan atau Mars kelihatannya masih lama, namun penting untuk melakukan penelitian sejak sekarang," ujar Jane Poynter, presiden Paragon. Apalagi, untuk menciptakan sistem pendukung kehidupan yang efisien dan layak juga membuthkan penelitian lama.

NASA berambisi mengirimkan kembali manusia ke Bulan pada tahun 2020 dan ke Mars tahun 2030. Jika tanaman bisa dibudidayakan di sana, astronot tak perlu setiap hari makan pasta dan pil. Makan sayur segar pun bisa setiap saat