Senin, 01 Februari 2010

Mikroba Asal Papua Jadi Pupuk "Beyonic"

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia berhasil mengisolasi mikroba pilihan dan memberdayakannya menjadi pupuk unggulan yang disebut beyonic. Peluncuran pupuk organik ini dilakukan di Kawasan Cibinong Science Center Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia oleh Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata, Sabtu (30/1).

Mikroba yang telah teruji itu berguna untuk mengubah lahan pertanian menjadi lebih baik.

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Endang Sukara mengatakan, penggunaan pupuk organik dapat mengurangi penggunaan pupuk sintetis serta pestisida dan herbisida. Keuntungan lain adalah mengurangi biaya produksi dan emisi CO dari pabrik pupuk. Pemerintah memperkirakan kebutuhan pupuk organik pada tahun 2010 mencapai sekitar 11,75 juta ton.

Beyonic adalah pupuk organik yang dipadukan dengan mikroba koleksi LIPI berupa konsorsium yang mampu mengatasi masalah pertanian setempat dan berproduktivitas tinggi. Saat ini koleksi mikroba LIPI, ujar Endang, telah mencapai sekitar 20.000 jenis, sekitar 4.000 mikroba telah teridentifikasi kemampuan unggulnya.

”Mikroba yang telah teruji itu berguna untuk mengubah lahan pertanian menjadi lebih baik,” kata Heddy Sulistyo, peneliti di Pusat Penelitian Biologi LIPI.

Teknologi beyonic diharapkan dapat mengantisipasi dampak perubahan iklim pada lahan kering dan dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Ditambahkan Sri Widiati, peneliti Puslit Biologi LIPI, konsorsium mikroba yang digunakan pada beyonic, antara lain, berasal dari Kawasan Penelitian Biologi LIPI di Wamena, Papua. Di Wamena, 16 mikroba unggulan untuk pengembangan pupuk organik bisa diisolasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar