Kondisi sebuah sudut di Kepulauan Solomon setelah dilanda gempa dan gelombang tsunami setinggi lebih dari 2,5 meter, Senin (4/1). Pemandangan seperti di Rendova, Solomon, ini juga terjadi di berbagai tempat lain di negeri kepulauan itu. Setidaknya 1.000 orang kehilangan tempat tinggal lantaran rumah mereka runtuh karena gempa dan hempasan gelombang laut.
HONIARA, KOMPAS.com —
Kepala Kantor Manajemen Penanggulangan Bencana Kepulauan Solomon Adrea Loti menjelaskan hal itu, kemarin di Honiara, ibu kota negara Kepulauan Solomon. Gempa tektonik berkekuatan 7,2 skala Richter terjadi hari Senin sekitar pukul 09.30 waktu setempat dan membuat warga panik luar biasa karena teringat akan peristiwa serupa sebelumnya.
Gempa susulan cukup besar, berkekuatan lebih dari 5,1 skala Richter, pun terjadi berkali-kali sehingga menyebabkan tanah longsor di wilayah perbukitan dan pegunungan, serta naiknya air laut atau tsunami hingga setinggi tiga meter. Belum ada laporan mengenai jatuhnya korban jiwa ataupun luka-luka akibat bencana itu. Akan tetapi, 200-500 rumah rusak berat akibat tanah longsor dan tsunami.
Loti juga menyebutkan, hasil pemantauan dari udara memperlihatkan bahwa kerusakan terparah dialami penduduk di Pulau Renova, diikuti penduduk Pulau Tetapare. Renova terletak sekitar 190 mil laut atau 300 kilometer dari Honiara. Menurut Badan PBB untuk Anak-anak (Unicef), pulau tersebut dihuni oleh sekitar 3.600 orang.
Foto yang diambil dari helikopter polisi pada Selasa memperlihatkan puing-puing bangunan rumah berjajar di tepi pantai. Ratusan rumah di pantai Rendova dan Tetapare hancur. Tebing bukit dan gunung di banyak tempat tampak menganga akibat tanah longsor.
Bencana kali ini tidak sampai memakan korban jiwa sebab warga sudah belajar dari bencana serupa sebelumnya.
Warga mendirikan tenda-tenda darurat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar