Meski ada keraguan Amerika Serikat, negara paling menonjol dalam misi luar angkasa, Rusia tetap berpendapat rencana tersebut layak diwujudkan. Daripada duduk diam dan menunggu tubrukan asteroid atau benda-benda langit ke Bumi dengan korban ratusan ribu jiwa, menurut Perminov, tetap lebih baik melakukan sesuatu untuk menghindarinya dengan ongkos triliunan rupiah.
Bedanya dengan misi ”Deep Impact” dan ”Armageddon”, misi menghadang asteroid tidak akan menggunakan nuklir. Namun, Perminov enggan mengungkap detail yang direncanakan. Yang jelas, Rusia bermaksud menggandeng badan luar angkasa AS, Eropa, China, dan negara lain untuk proyek tersebut.
Asteroid pengancam Bumi saat ini diidentifikasi sebagai Apophis, asteroid berukuran 270 meter yang pertama kali ditemukan tahun 2004. Para astronom memperkirakan, Apophis akan bertubrukan dengan Bumi pertama kali pada 2029 dengan kemungkinan 1 banding 37. Meski sangat kecil, kemungkinan tubrukan itu diperkirakan ketika jarak asteroid dengan Bumi sekitar 29.450 kilometer. Sementara, NASA memperkirakan kemungkinan tubrukan pada tahun 2036 dengan perbandingan 1 banding 45.000.
Oktober lalu, setelah para peneliti mengalkulasi ulang garis edar asteroid, NASA mengubah estimasinya menjadi 1 banding 250.000. Sejauh ini, para ahli di dunia memiliki berbagai teori untuk membelokkan benda-benda luar angkasa dari kemungkinan menabrak Bumi. Di antaranya, mengirim satelit untuk mengitari asteroid dan secara perlahan membelokkan arah asteroid. Sebagian ahli lain menyarankan mengirimkan kendaraan luar angkasa untuk menabrak asteroid atau meledakkannya dengan bahan nuklir. Di tengah berbagai pro-kontra, rencana Rusia itu dinilai sebagai pengakuan dunia terhadap bahaya benda-benda angkasa terhadap Bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar